Sunday, September 16, 2018

Kenikmatan Yang Diperoleh Dari Pembantu Ganas


Cerita Model Sex -  Hari ini seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah. Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Melita, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.

Melita ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Melita pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.
Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeMelitat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Melita berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.

Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Melita masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Melita lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.

Sambil aku perhatikan Melita yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar. Melita pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.




Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Melita. Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.

Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.

Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.

Lalu kuminta Melita kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih. Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.

Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Melita dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Melita bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Melita sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Melita mengalami orgasme yang pertama

Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Melita membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum. Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Melita menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.

Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Melita bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Melita, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Melita menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Melita agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.

Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Melita belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Melita, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Melita mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Melita semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Melita memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Melita adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.

Dengan muka sedikit malu, Melita tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.

Melita ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Melita datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu..






Saturday, September 15, 2018

Ngesek Dengan Perawat Yang Sangat Bahenol


Cerita Model Sex -  Nama saya Setiowati, umur saya 22 tahun, saya baru lulus dari Akademi Perawat di salah satu kota kecil di Jawa Timur. Sekarang saya bekerja di Rumah Sakit Swasta di kota Y, baru satu bulan ini saya bekerja.

Saya tinggal di rumah Tante, secara keseluruhan saya sudah tinggal 6 bulan di kota ini untuk mencari kerja, untunglah akhirnya saya mendapat pekerjaan di Rumah Sakit tersebut. Sebagai orang baru di Rumah Sakit ini, saya banyak mendapat teman dan kenalan baru. Salah satunya adalah Kepala Bangsal Bedah, atasan saya langsung, dimana saya ditempatkan. Ibu Venty kami memanggilnya, umurnya hampir 40 tahun, akan tetapi sampai sekarang belum menikah juga, walaupun kalau saya lihat sebenarnya Kepala Bangsal saya ini wajahnya cantik, bentuk badannya sensual dan kulitnya putih bersih.

Saya mendengar selentingan kabar dari teman-teman di sini, kalau Ibu Venty sebenarnya simpanan salah satu dokter Kebidanan dan Kandungan yang juga bekerja di Rumah Sakit yang sama. Sebagai Kepala Bangsal Bedah, Ibu Venty sangat disegani, karena selain secara fisik lebih besar dari rata-rata perawat bangsal Bedah, juga mulutnya sangat pedas, terutama untuk perawat-perawat yang lain. Yang lebih menarik pula, gelang dan cincin berlian di tangan, juga jam tangannya yang bertuliskan “Cartier”. Pantaslah kalau gosip itu benar, Ibu Venty simpanan salah satu dokter kaya yang juga bekerja di Rumah Sakit ini. Sebagai perawat, kami kadang bergiliran bertugas jaga 24 Jam, kebiasaannya di bangsal saya yang bergiliran jaga adalah perawat senior dan junior, tidak terkecuali saya dan Ibu Venty.

Pada suatu hari, saya mendapat jadwal tugas jaga bersama Ibu Venty. Sebenarnya saya sangat takut, karena selain saya masih baru, saya juga “ngeri” padanya. Ada yang membuat saya terkejut, ketika semua perawat teman-teman saya selesai bertugas jam 14.00, tinggal kami berdua sebagai perawat jaga hari itu.

“Dik Wati”, Ibu Winanti memanggil sambil tersenyum.
“Iya, bu”, kaget saya.
Sebelum ini, terutama ketika bertugas pagi hari, tidak pernah sekalipun Ibu Venty memanggil saya dan teman-teman yang lain dengan sebutan “Dik”, apalagi memanggilnya sambil tersenyum. Mimpi apa saya ini?
“Ini, statusnya dilengkapi dan periksa ulang Suhu dan Tensi untuk kamar 9 dan 10”.
“Iya, Bu”, saya seperti kerbau dicocok hidung.

Segera saya lakukan perintahnya. Setelah selesai, menyusul perintah-perintah “manis” yang lain, saya hanya bisa menuruti. Walaupun saya iri juga padanya, karena Ibu Venty hanya duduk manis di meja counter depan Bangsal Bedah sambil menonton TV.Akhirnya selesai juga perintah-perintah “Sang Ratu”, jam sudah menunjukkan jam 17.00, saatnya jadwal kunjung pasien. Pada saat ini biasanya perawat jaga saatnya untuk beristirahat dan mandi sampai selesainya jadwal kunjung pasien. Saya kelelahan, tapi inilah resikonya sebagai perawat yunior. Saya masuk ke kamar jaga perawat, dan merebahkan diri untuk tidur-tiduran sebantar sambil beristirahat.
Tidak berapa lama kemudian Ibu Venty masuk ke kamar juga, dia juga ikutan rebahan di tempat tidur yang lain. Mulailah dia menginterogasiku.




“Sudah punya pacar, dik?”.
“Dulu, Bu”.
“Dulu waktu sekolah di Akper juga tinggal di asrama Akper?”.
“Iya”.
Ibu Venty tertawa, “Kenapa Bu, kok tertawa?”.
“Hayo, dulu waktu di asrama sering nonton BF bersama-sama, tho?”.
“Iya, kok ibu tahu?”.

“Saya dulu waktu masih sekolah juga sama saja dengan Dik Wati”.
Setelah itu malahan Ibu Venty cerita mengenai BF dengan detail dan cerita-cerita mengenai main kucing-kucingan memasukkan cowok ke asrama dan hal-hal porno lainnya, sambil tertawa-tawa. Walaupun geli di telinga mendengarnya, saya menanggapinya dengan malu-malu karena itulah yang juga kami sering lakukan di asrama. Walaupun saya menjadi tidak jenak, akan tetapi senang juga mendengarkan cerita-cerita itu sambil mengingat masa-masa sekolah.
“Dik Wati, pernah “main” dengan pacarnya?”.
“Belum, Bu”.
“Oh, nanti saya ajarin”.

“Baik, Bu”, jawab saya asal-asalan, saya pikir itu kan hanya cerita-cerita omong kosong, walaupun saya juga tidak punya niat serius mendapat pelajaran dari Ibu Venty.
“Saya mandi dulu, Bu”.
“Ya, nanti saya menyusul”.

Saya mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Wah, asyik juga, kalau Bu Venty mau mandi bersama saya. Karena dulu waktu di asrama, saya sering pula mandi berdua dengan teman-teman, sebagaimana pula dengan teman-teman yang lain. Kadang kami sering kagum dengan badan dan payudara teman yang lain, walaupun sering mandi bersama tidak pernah terjadi seperti yang ada di BF, apa itu namanya? Lesbian?

Ditengah saya mandi, terdengar ketukan di pintu.
“Siapa, yaa?”.
“Saya, dik”, suara Ibu Venty menyahut.

Saya bukakan pintu kamar mandi, tentu saja saya dalam keadaan telanjang. Ibu Venty langsung masuk ke kamar mandi, dan melepas bajunya satu persatu. Saya berhenti mandi dan hanya memandanginya, saya berdebar-debar ingin melihat “peralatan” Ibu Venty.Ternyata betul dan nyatalah Ibu Venty sekarang sudah telanjang pula bersama saya di kamar mandi. Kulitnya putih mulus, payudaranya agak besar, mungkin cup B, perutnya rata dan rambut kemaluannya lebat. Dibanding kulit saya yang lebih coklat dan rambut kemaluan saya yang hanya sedikit sekali, saya iri juga.

“Kenapa dik?”, Ibu Venty membangunkan lamunan sesaat saya, sambil tersenyum.
“Ndak, Bu, ndak apa-apa”.
“Oh, rambut yang bawah hanya sedikit yaa”, sambil tangannya menjulur mengelus liang surgaku. Saya terkesiap, ada perasaan aneh pada vagina saya ketika tangannya mengelus lembut vagina saya. (saya teringat dulu ketika di asrama, kadang kalau mandi bersama teman yang lain, sering guyonan mengelus vagina teman lain seperti itu, tapi tidak ada rasa apa-apa). Secara refleks pula saya menarik napas panjang dan menutup mata.
“Kenapa dik, nikmat?”.

Saya membuka mata dan tersipu malu.
“Oh.., belum pernah yaa”, Ibu Venty tersenyum, sambil matanya menyempit memperhatikan saya. Saya juga hanya tersenyum sambil menggigit bibir. Saya ingin Ibu Venty mengelus vagina saya lagi seperti tadi, kata saya dalam hati.

Saya merasa itu terjadi begitu cepat, tiba-tiba Ibu Venty berjongkok di hadapan saya dan mulai menjilati vagina saya. Saya kaget dan keenakan. Sambil berdiri, saya sandarkan punggung saya ke tembok kamar mandi. Saya tidak bisa dan tidak mau menolaknya, saya ingin menikmatinya. Ibu Venty sangat ahli menjilati vagina saya, dengan lembut dia membuka lebar paha saya dan membuka pelan-pelan bibir kemaluan luar saya. Saya merasakan sangat nikmat di bawah sana, di kemaluan saya, ketika lidah Ibu Venty menjilat-jilat kemaluan bagian dalam saya, sungguh nikmat dan nikmat sekali, terutama ketika bibirnya yang basah menjilati klitoris saya. Saya menutup mata menikmatinya, payudara saya juga ikut mengeras, kedua tangan saya meremas bahu Ibu Venty yang berjongkok di depan saya. Saya menutup rapat-rapat bibir saya, sambil menggigit kencang bibir saya, nikmat sekali, nikmat sekali. Hanya napas saya makin lama makin berat, dan makin lama saya makin merasa kemaluan saya makin basah.

Ooohh..”, saya mendesah agak keras, saya merasa melayang dan lupa segala dalam sesaat. Kemaluan saya bagian dalam terasa berdenyut-denyut berkepanjangan, tubuh saya serasa melayang dengan segala rasa yang pernah saya alami. Untuk pertama kalinya saya merasa mulai mengetahui kemaluan saya sendiri dan kenikmatannya yang luar biasa. (itu namanya orgasme, yaa).
“Sudah, dik?”, suara Ibu Venty menyadarkanku.

“Maaf, Bu”, sambil saya memeluk tubuh telanjang Ibu Venty yang sudah kembali berdiri di hadapan saya. Saya merasa ingin dibelai dan disayangi, di samping tubuh saya yang mendadak lemas, setelah merasakan puncak kenikmatan tadi.
“Tidak apa-apa”, Ibu Venty masih tersenyum.

“Wajar saja, tidak usah khawatir”, Ia melanjutkan. Sambil dipeluknya tubuh saya yang juga telanjang. Dia raih kepala saya, dan diciumnya bibir saya dengan lembut, lidahnya juga masuk ke dalam mulutku, menjilati lidah saya. Untuk pertama kalinya pula saya merasakan ciuman dari seorang wanita, apalagi wanita matang dan berpengalaman seperti Ibu Venty. Ternyata lebih nikmat dan halus, dibanding ketika pertama kalinya saya merasakan ciuman dari seorang cowok.
“Ayo dik, lekas mandinya”.
“Nanti malam giliran saya ya”, Ibu Venty tersenyum penuh arti pada saya. Saya mengangguk pelan, dan ingin “waktu” itu segera datang.

Malam itu, setelah tugas-tugas sebagai perawat telah selesai, di kamar tidur perawat saya belajar “melayani” Ibu Venty, ternyata indah sekali. Sungguh hari itu, sore dan malam yang tidak terlupakan.
Sejak saat itulah pula, Ibu Venty menjadi mentor saya. Saya selalu menunggu waktu-waktu tugas bersama, lagi dengan Ibu Venty dan kencan-kencan kami lainnya di luar jam dinas Rumah Sakit, berbagi waktu dengan “suami” tidak resmi Ibu Venty, dokter Calvinus, seorang dokter Kebidanan dan Kandungan.







Friday, September 14, 2018

Ngentot Cewek SMP Sampai Lemas


Cerita Model Sex - Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas 2 SMP.

Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.




Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.

Hallo, Oom Ryan..!” Rina yang baru masuk tersenyum.

“Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”

Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.

Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.

“Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
Gugup aku menjawab, “Rina.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”

“Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem.”

Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.

Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.

Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.

Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.

“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”

“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”

Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.

“Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”

“Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!”

Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!

Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.

Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.

“Uuuhh.. mmhh..” Rina menggelinjang.

Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
Aahh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!

Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.

“Ehh.. mmaahh..,” tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.




“Ooohh.. aduuhh..,” Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.

Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.

Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Rina.

“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Rina membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.

Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.

Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang.

“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”

Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.

Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.

Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.

“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”

Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.

Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.

Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

“Aduh, Oom.. Rina lemes. Tapi enak banget.”

Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.

Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.

Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.








Thursday, September 13, 2018

Menjadi Pacarku Setelah Kusetubuhi Dia


Cerita Model Sex -  Dinding rumah mulai agak kusam,tandanya rumah harus segera ada perhatian.Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan,ya lumayan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu. Suasananya halaman yang dulunya asri oleh bunga warna-warni kini seakan tiada lagi,hanya tertinggal berbagai bunga saja,bunga tulip,melati satu batang,bunga anggrek pemberian tante.Semua itu prediksi ku harus segera di percepat mengingat rumah ku sebagai tempat kost,Penghuninya biar nyaman yang “punya rumah kudu”perhatian juga.

Mengingat service itu dimana saja harus baik.Aku Punya tempat kos-kosan,dengan menjadikan rumah sebagai tempat beristirahat sejenak bagi yang membutuhkan,Tapi dalam pengalaman yang ku alami aku tidak pernah menduga ada kejadian mengesankan,ini ceritanya, Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu,dia cantik,manis dan bertubuh mungil dengan kulit putih. Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya.
Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku.

Suatu hari aku ada acara keluar kota ,iseng aku mengajaknya pergi,ternyata dia menyambut ajakanku. Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra,kadang tanganku iseng pura –pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal,aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink.mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.




Akhirnya dia mengangguk pelan,langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap,mengelus bahkan saat kuremas susunya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai.Kupermainkan putting susunya dengan dua jari dia semakin mendesah ,sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja ,aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali.
Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.

“ Ang,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku “ katanya
“ Hmm,susumu juga kenyal sekali “ kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku
Tak lama kami sampai di kota tujuan,langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv ,kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai cd sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susunya dan mempermainkan putingnya .

“ Akh,Ang jangan terlalu keras “ katanya kala kuremas dengan rasa gemas.
“ Maaf,habis susumu kenyal sekali “ kataku
“ Iya ,tapi sakit “ katanya
“ Iya pelan deh,kita pindah kedalam yuk “ kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan.
Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang,kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya.
“ Akh,Ang ………..shhhhhhhh “ kata mendesah

Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal cd nya yang berwarna hitam.Kukulum bibirnya ,dia membalas kulumanku dengan penuh gairah.Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.
“Ukh,…teruskan yang “ kataku
“ Ikh besar sekali,panjang lagi “ katanya.

“ Ssssst ,”kataku sambil mengulum putting susunya yang makin menegang,tanganku kupergunakan untuk menurunkan cdnya .Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus ,dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa.

“Akh,….teruskan pelan pelan “katanya sambil meremas penisku.Kemudian aku menurunka kulumanku pada susunya ke pusarnya ,dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah .

“Sekarang giliranmu sayang “kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya .Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang ,saat dia mulai mengulum penisku terbang rasanya menahan rasa nikmat .

Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih,susunya yang mungil menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus .Perlahan – lahan aku menaikinya ,kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku.Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya ,pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.
“Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku
“Baiklah ,sayang aku masukkan ya “ kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan,sempit sekali.
“Aduh..,sakit Ang akh……..” katanya

“Sebentar juga hilang “ kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat.Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya.
“Terus ….lebih cepat akh………ukh nikmat sekali kontolmu yang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 18 cm,penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.

“Akh…….terus goyang pinggulmu “ kataku padanya,dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai orgasme,dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah .Terlihat ada air mata pada ujung kelopak matanya ,melihat itu aku segera berbisik padanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua ini.Barulah dia berubah riang kembali dan aku mulai aktifitas kembali menaik turunkan penisku dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat .Malam itu melakukannya sebanyak 6 kali sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.






Wednesday, September 12, 2018

Hotnya Tubuh Semok Ibu Ria



Cerita Model Sex -  Aku memang termasuk pria yang aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW yang suka mengenakan kebaya dan berkonde. Kadang-kadang waktuku habis ke pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang mengenakan pakaian tersebut. Kalaupun tidak ada pesta penikahan aku pergi ke tempat-tempat hiburan tradisional (ronggeng) dimana para penari dan penyayinya mengenakan kebaya dan berkonde.

Pernah pada suatu hari aku pergi ke daerah Karawang untuk mencari hiburan ronggeng dan aku sangat menikamati sekali meskipun harus melihat dandanan yang menor. Kehidupan seperti ini membuatku kadang-kadang tersiksa, tapi itulah kenyataan hidup yang harus aku jalani dan aku nikmati. Seperti kata orang keinginan seperti yang aku alami itu merupakan hal wajar dan sulit untuk diperdebatkan apalagi menyangkut selera. Sebagai manusia normal dan sampai dengan usiaku memasuki kepala 4 aku tetap berusaha untuk mendapatkan seorang wanita yang siap menemaniku dan berpakaian serta berdandan sesuai keinginanku.

Aku pernah mencoba untuk memasang iklan melalui iklan baris melalui internet, setelah hampir setahun aku menerima pesan email pertama dari seorang wanita berusia 41 tahun yang menyatakan bahwa dia sangat terharu setelah membaca iklanku dan bersedia untuk menjadi teman saya sekalipun harus mengenakan pakaian dan berdandan sesuai keinginanku, dia juga meninggalkan nomor telepon dan kami berjanji untuk bertemu seminggu kemudian. Berhubung saya sudah beristri dan Ibu Ria (nama samaran) pun telah bersuami saya janji akan menjemputnya di salon di daerah kebayoran baru.

Hari itu adalah hari Sabtu jam 11 siang saya sudah ada di depan salon sesuai janji di telpon dan menunggu bidadariku keluar dari salon. Tepat jam 11.45 Ibu Ria keluar dari salon dan telah berdandan rapih kondenya gede dan licin (konde jawa) dan berkebaya, terlihat sangat anggun dan femimin. Saya mengajak Ibu Ria untuk pergi ke suatu motel daerah Jakarta Selatan agar lebih privacy ngobrolnya dan juga saya bisa sepuasnya memandang sang bidadari.

Sesampai di motel kami mengobrol panjang lebar mengenai kehidupan keluarga masing-masing dan juga kehidupan pribadi kami. Saya menceritakan ke Ibu Ria mengenai keinginan saya dan berterimakasih kepadanya atas kesediaannya untuk menemani saya. Sesudah ngobrol panjang lebar saya meminta Ibu Ria agar saya diperbolehkan untuk mencium keningnya.




Saat saya mencium keningnya ternyata tangan saya ditarik untuk memegang susunya yang ternyata mulai mengeras, namun belum sempat membuka kebaya. Saya katakan kepada Ibu Ria bahwa saya sebenarnya hanya mengagumi wanita yang berdandan seperti ini, dan sebatas memandang dan mencium tanda sayang, namun Ibu Ria katakan bahwa justru dia lebih suka dengan pria yang jujur dan tidak grasa grusu dalam masalah sex serta memperlakukan dia dengan lembut.

Suatu hal lagi yang dia sukai juga dari saya adalah badanku yang tinggi 178, berat 74 proporsional dan berambut pendek dan berkulit sawomatang, sementara Ibu Ria dengan tinggi badan kira-kira 165 berat 53 bra 36 c pantatnya gede dan kulit putih. Ibu Ria merasa terlindungi disamping itu karena kami berdua sudah berkeluarga jadi risikonya cukup kecil karena ada suatu komitment antara kami bahwa urusan keluarga masing masing yang harus didahulukan apabila ada keinginan dari salah satu pihak untuk bertemu. Ibu Ria merasa terlindungi ketika dalam perjalanan dari salon menuju motel.

Ibu Ria kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu pijitin Ibu. Kemudian Ibu Ria mengangkat kebayanya hingga lutut selonjor ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Ria bisa nggak Ibu buka aja kebaya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah.

Kemudian Ibu Ria sudah hanya mengenakan CD dan bra transparan namun rambutnya masih rapih dengan konde, saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan tubuh wanita yang meskipun gemuk (padat berisi) namun karena masih mengenakan konde jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat saya begitu horny.

Ibu Ria menawarkan saya kalau mau buka aja celana panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya. Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke pangkal paha, Ibu Ria mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.

Namun mungkin karena terus dibuat geli Ibu Ria kemudian menarik tangan kiriku untuk mulai menyentuh susunya yang berukuran kira-kira 36 c, proporsional dengan tinggi dan beratnya. Setelah 30 menit mijit Ibu Ria minta untuk ke kamar mandi (pipis) sementara saya berusaha menetralisir pikiran saya dengan menonton acara film komedi di TV. Menghadapi wanita semacam Ibu Ria saya harus mampu mengendalikan diri dan membuat dia penasaran, karena seorang wanita apalagi STW memang membutuhkan foreplay yang panjang dan harus berkesan.

Setelah selesai dari kamar mandi Ibu Ria minta untuk diteruskan pijitnya yaitu belakangnya. Sambil memijit belakangnya saya mulai mencium leher dan kadang menjilat kupingnya yang ternyata membuat dia begitu geli dan napasnyapun mulai tidak keruan, dia meminta saya untuk membuka kaitan BH nya dan sekarang hanya mengenakan celana dalam. Bau wangi tubuh dan bau kewanitaan begitu membangkitkan gairahku namun aku masih tetap mengontrol diriku agar dalam permainan sex nanti Ibu Ria benar-benar memperoleh servis yang memuaskan, ini penting untuk hubungan jangka panjang.

Tangan kanan saya tetap memijit pundak, sambil sekali-kali menjilat leher, sementara tangan kiri saya mulai mengelus putingnya yang sebesar kelereng, dan membuat Ibu Ria makin meronta karena geli, kemudian dia bisikan ke saya bahwa baru sekali ini dia merasakan nikmatnya permainan awal (foreplay) yang luar biasa. Kadang-kadang Ibu Ria menggigit kecil bibirku dan kedang mengulumnya dengan napsu, sambil tangan kanannya mengelus-ngelus batangku yang juga sudah mulai tegang.

Karena sudah nggak tahan dia minta saya pindah duduk berhadapan dengannya dan sambil mencium bibir dan mengelus puting jari kanan saya mulai mengelus vegynya yang ternyata mulai mengeluarkan lendir. Setelah itu Ibu Ria pindah ke pinggiran tempat tidur dan membuka pahanya lebar lebar, saya sambil jongkok dan mulai menjilat vegynya dimulai dari klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah, dan membuat Ibu Ria duduk tapi terus menggerakkan pantatnya karena geli dan napsu. Sambil menjilat klitoris tangan saya memainkan puting susunya yang keras sambil sekali-kali meremasnya. Gerakan tubuh Ibu Ria sudah mulai tak beraturan karena disamping menahan geli juga napsu sex yang mulai meningkat.




Agar tidak merusak dandanan rambutnya saya minta Ibu Ria mengganti posisi yaitu nungging diatas tempat tidur dan saya telentang agar bisa menjilat klitorisnya yang sudah mulai basah. Pantatnya mulai digoyangkan kekanan kekiri dan jari kanan saya dengan sedikit lotion mengelus celah pantatnya dan menurut Ibu Ria sangat nikmat rasanya. Celoteh Ibu Ria mulai nggak keruan..

“Mas.. Papa.. Teruss.. Achh nikmatnya..”

Mulut sayapun terus menjilat klitorisnya dan jari saya terus mengelus diantara bongkahan pantatnya dan lebih masuk lagi.

“Achh.. Mmmhh.. Teruss.. Mas.. Aduh sudah nggak tahan nih..”

Akhirnya saya tetap telentang dan Ibu Ria minta agar masukan sikecil saya ke dalam vegynya.. Saya katakana bahwa silahkan aja kalau Ibu sudah nggak tahan dan saya minta agar Ibu masukin tapi membelakangi saya itu terasa lebih nikmat.. Dan.. Ternyata setelah masuk bless.. Bu Ria mulai.. Merintih sambil bergerak maju mundur..

“Mmmhh.. Ohh.. Enakk.. Mass.. Bareng aja keluarnya..”

Saya katakan bahwa pelan-pelan aja bu.. Biar nikmat.. Sambil saya menjilat belakang nya.. Dan tangan ku meremas dan sekali memilin puting susunya..

“Aohh.. Nikmatt.. Mmmhh terus.. Tahan.. Biar keluar bareng.”

Karena posisi Ibu Ria diatas.. membuat dia cepat nyampenya.. Dan ketika dia sudah nyampe cepat-cepat dibalikkan badannya jadi posisi sekarang berhadapan dimana saya masih telentang.. Dan ini membuat saya lebih mudah menjilat susu dan sekali-kali menggigit kecil putingnya..

Kemudian kami berdua tidur karena capek sambil berpelukan. Dalam kepenatan tersebut saya masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan kadang-kadang puting susunya saya jilatin karena sex bagi seorang wanita stw bukan hanya pada saat puncak namun juga sesudah menikmati orgasme, karena disitulah letak kepuasan seorang wanita.

Ibu Ria kemudian menawarkan kepada saya untuk pertemuan berikutnya dia akan membawa baju tidur transparan untuk membuatku lebih bernapsu lagi, karena menurut Ibu Ria laki-laki biasanya suka dengan hal hal yang membuat dia penasaran dan saya katakan bahwa Ibu sangat baik terhadap saya. Dan siang itu Ibu Ria mengalami orgasme hingga 3 kali. 2 kali di tempat tidur dan sekali di kamar mandi sambil berendam.

Di kamar mandi kami lakukan foreplay dengan posisi duduk di dalam bathtub sambil berpagutan, saling mengelus menjilat dan kadang-kadang saling meremas, setelah foreplay permainan sex dilakukan dengan posisi duduk dan kadang berdiri dimana sebelah kaki Ibu Ria diangkat. Posisi berdiri ini ternyata membuat Ibu Ria sangat senang karena mulut saya lebih leluasa menjilat dari kening hingga ke puting susunya dan membuat Ibu Riapun melakukan hal yang sama terhadapku.

Setelah puas dengan permainan sex yang nikmat karena dimulai dengan foreplay yang asyik.. akhirnya Ibu Ria minta untuk membuka konde dan kebaya kemudian mengganti dengan baju biasa yang sudah disiapkan dari rumah, sayapun mengantar Ibu Ria ke Blok M untuk kembali ke rumahnya dengan taxi.. Saya benar-benar puas karena keinginan saya yang selama ini hanya memandang wanita-wanita berkebaya dan berkonde, namun kali ini bukan hanya memandang namun sampai ke permainan sex yang memuaskan kedua belah pihak.

Memperlakukan seorang wanita yang anggun dengan lembut dan pelan tapi pasti akan membuat kenangan indah baginya, dan ini terbukti setelah 2 minggu berlalu Ibu Ria menelponku untuk kembali bertemu dan sesuai janjinya dia juga akan membawa baju tidur transparan agar bisa lebih memuaskan aku. Terimakasih Ibu Ria atas kebaikanmu.






Tuesday, September 11, 2018

Diajari Ngentot Oleh Tante Erni


Cerita Model Sex - Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak.

Ah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara.



Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).

Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.

Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.

Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.

Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.

Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante ngajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

“Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.

Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante.

“Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante.
“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.
“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Erni.
“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.

Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.

“Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Erni.

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante membiarkanku memegang-megang vaginanya.

“Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”.
“Iyah Tante”, jawabku.

Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain. Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.

“Lex, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.
“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.
“Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante.
“Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante.

Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.

“Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?” tanya Tante sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.

Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.

“Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?” kelakar Tante Erni padaku.

Aku pun bingung,

“Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.
“Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku.
“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.

Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante”
“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan CDku.

Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.

“Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.
“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante .

Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.




“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.

“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.

“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Erni.

Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.

“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante yang kurasakan berdenyut-denyut.

Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.

“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante lembab dan agak basah.

“Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Erni.
“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”
“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?”
“Enggak Tante”

Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante.

“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah
“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.
“Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante.

Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante basah entah kenapa.

“Tante kencing yah?” tanyaku.
“Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah”.

Dilepaskannya pula celana dalam Tante dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku

“Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante hanya ketawa kecil.
“Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante.

Dia mulai memegang penisku lagi,

“Lex Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Erni.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi Alex enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante padaku.

Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.

“Lex jilatin donk punya Tante yah” katanya.
“Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi”
“Coba saja Lex”

Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante pun mulai mengulum penisku.

“Achh.. hgghhghh.. Tante”

Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.

Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.

“Kamu tahu enggak mandi kucing Lex” kata Tante Erni.

Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.

Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante, langsung Tante kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.

“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex” kata Tante sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.




Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.

“Lex masukin donk Tante enggak tahan nih”
“Tante gimana caranya?”

Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.

“Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Erni.

Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.

“Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Erni padaku.

Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.

“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
“Tante, Alex kayanya mau kencing niih”

Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante yang hebat.

Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.

“Lex kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.
“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.
“Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante.
“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Erni.

Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante.

Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik.

Baru kuketahui bahwa suami Tante ternyata mengalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni. Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi simpanan Tante bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku.

Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.






Monday, September 10, 2018

Gadis Bispak SMP Yang Ajak Ngentot Setelah Dugem



Cerita Model Sex -  Pada saat itu saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L– (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong.

Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L–muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.

“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan -akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).

Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggaklenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.

“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam
24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget) .Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.

Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya.

“Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”,

tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku. Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan.

Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.

Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis,

“aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku.

Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan.

Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu. . Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”.

Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas -remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.

Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan -pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang.

Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penis saya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan -pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi.

Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya.

Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku.

Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”.

Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…” , saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai -sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi,

“Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas. Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih.

Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali. Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.